EcoBALL

Sabtu, 20 Agustus 2011

Berhala Kayu ‘Amr bin Al-Jamuh

Posted by Haryo-no 05.26, under | No comments

‘Amr bin Al-Jamuh radhiyallahu ‘anhu mempunyai satu penggal kisah kehidupan yang boleh dibilang ‘lucu & menggelikan’, akan tetapi kisah itu juga merupakan kisah yang menjadi titik awal datangnya hidayah Allah kepada beliau, semoga Allah meridhainya. Bagaimanakah kisah ‘lucu’ tersebut?

Silakan ikuti dengan baik dalam tulisan kali ini….
‘Amr bin Al-Jamuh adalah seorang tokoh terpandang lagi terhormat dari Kabilah Bani Salamah. Dia memiliki sebuat berhala Manat yang terbuat dari kayu yang mahal yang dia letakkan di rumahnya. Hal ini sama dengan perbuatan para tokoh musyrikin lainnya pada waktu itu. Yang namanya orang musyrik, pastilah dia menjadikan berhala itu sebagai sesembahan tandingan bagi Allah subhanahu wata’ala. Dia mengangungkan berhala itu dengan pengagungan yang sangat tinggi
Di sisi lain, ternyata telah cukup banyak para pemuda dari Kabilah Bani Salamah yang menerima seruan dakwah Rasulullah dan bahkan ikut pula dalam perjanjian aqobah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.Di antara pemuda-pemuda tersebut adalah Mu’adz ibnu Jabal dan Mu’adz bin ‘Amr, putra dari ‘Amr bin Al-Jamuh.

Dari sinilah kisah itu bermula. Beberapa pemuda Bani Salamah, di antaranya Mu’adz bin Jabal dan Mu’adz bin ‘Amr, berencana untuk mengusili berhala milik ‘Amr itu. Mereka membawa berhala itu dengan sembunyi-sembunyi, jangan sampai ketahuan oleh ‘Amr bin Al-Jamuh, lalu melemparkannya ke sebuah lubang yang berisi kotoran-kotoran manusia (safety tank dalam istilah kita, atau comberan begitu). Berhala itu terjungkir kepalanya ke dalam lubang menjijikkan itu.

Ketika pagi harinya, ‘Amr bin Al-Jamuh kaget setengah mati dan mengumpat, “Celaka kalian, siapa yang telah memusuhi sesembahan kami pada malam ini?” Dengan perasaan jengkel, marah, dan heran, dia pergi mencari berhala kesayangannya itu. Ketika dia mendapatinya dalam lubang tadi, dia sungguh bertambah kaget dan marah. Lalu dia ambil berhala sesembahannya itu, dia cuci dengan bersih, dan tak lupa untuk memberi wewangian yang harum pad berhala itu. Masih dalam suasana hati yang panas, dia berkata, “Demi Allah, kalau aku tahu orang yang melakukan ini padamu, sungguh aku akan menghinakannya!”

Saat malam tiba dan ‘Amr bin Al-Jamuh dipastikan telah tidur oleh para pemuda tadi, mereka pun kembali beraksi sebagaimana aksi mereka yang pertama tadi. Pagi hari berikutnya, ‘Amr pun mendapati hal yang serupa dengan peristiwa tempo hari. Dan dia melakukan hal yang sama terhadap berhalanya itu.

Para pemuda tadi pun tidak merasa bosan mengerjai berhala ‘Amr bin Al-Jamuh, berulang kali selalu demikian. Hingga suatu malam, saking pusingnya ‘Amr terhadap peristiwa aneh yang dialaminya, sebelum tidur, dia menemui berhalanya itu dan membawa pedang miliknya. Lalu pedangnya itu ia gantungkan di leher Manat, sembari berkata, “Wahai Manat, sungguh aku tidak tahu siapa yang telah memperlakukan engkau demikian ini, sebagaimana yang kau lihat sendiri. Bila pada dirimu ada kebaikan, maka pertahankanlah dirimu dari ‘kejahatan’ itu. Ini ku berikan pedang, bela dirimu sendiri” Lalu ia pun pergi tidur.

Setelah malam merayap gelap dan ‘Amr benar-benar telah tidur pulas, para pemuda itu kembali beraksi. Kali ini mereka mengambil pedang yang ada di leher Manat, lalu membawanya keluar rumah dan mengikatnya jadi satu dengan bangkai seekor anjing! Lalu kembali menceburkan berhala itu ke tempat yang sama seperti kemarin.

Pagi datang, matahari memendarkan cahayanya yang terang. Tapi, ‘Amr bin Al-Jamuh dibuat pusing dengan hilangnya Manat lagi. Dicarinya Manat dan dia dapati berhala kayu itu telah jatuh tersungkur bersama bangkai anjing, sedangkan pedangnya telah hilang dari si Manat. Ternyata, ‘Amr tidak mengambil dan mengeluarkan Manat dari comberan itu, bahkan dia membiarkan patung kayu itu di sana.
‘Amr bin Al-jamuh lantas bersyair, “Demi Allah, andaikan engkau memang Tuhan yang benar, tentu engkau tidak akan rela bersama satu ikatan dengan bangkai anjing, terbuang ke dalam sumur (kotoran manusia).”

Maka, berakhirlah cerita kekafiran ‘Amr bin Al-Jamuh. Beliau lantas menyambut agama ‘baru’ ini dengan segenap jiwa dan raganya. ‘Amr menyerahkan diri, anak-anak, serta hartanya di dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau menjadi seorang muslim yang kuat imannya dan benar-benar merasakan manisnya buah keimanan. Kalau dia mengingat peristiwa itu dan berhalanya, ‘Amr selalu menyesali perbuatan syiriknya dahulu dan bersyukur kepada Allah atas pertolongan dan hidayah-Nya yang Dia berikan kepada-Nya.
=============================================================
Sumber bacaan : “Kisah-kisah Berhala Musyrikin” cet. Gema Ilmu Jogjakarta hal.51-53 dan buku “Kisah Kepahlawanan Para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam” cet. Hikmah Anak Sholeh Jogjakarta hal.17-20

copast dari : http://hanif019.wordpress.com/ dengan judul “Kisah Berhala Kayu ‘Amr bin Al-Jamuh”

0 komentar:

Posting Komentar