EcoBALL

Minggu, 10 April 2011

“Terseyumlah, Bukan Tertawa” oleh Nurulhuda Al Arbiai

Posted by Haryo-no 07.28, under ,,, | No comments

Menjelang perpisahannya dengan Nabi Musa AS, Nabi Khidir AS memberikan nasihat kepadanya "hai Musa, janganlah kau terlalu banyak bicara, dan janganlah banyak tertawa, juga jangan mentertawakan orang yang berbuat salah, dan tangisilah dosa-dosa yang telah kamu perbuat, hai putra Ali Imron" (tanbighul ghafilin 192-193). Tertawa, tentu saja bukanlah sesuatu yang dilarang. Siapa saja boleh tertawa selagi ingin. Dengan tertawa menunjukkan bahwa seseorang sedang dalam keadaan senang. Bahkan tertawa bisa menjadi ilham bagi seorang penulis untuk untuk membuat buku. Akan tetapi, tertawa dalam pengertian mengeluarkan suara meledak-ledak oleh sebab rasa suka, geli, apalagi mengandung unsur menghina seseorang, ini akan lain ceritanya. Tertawa dengan cara seperti ini yang disuruh dihindari oleh Nabi Khidir.

Subhanallah, tidak didapati dalam ajaran diluar islam yang mengatur tata hidup sedemikian rupa, hingga masalah kecil seperti tertawa. Allah SWT befirman : "Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. At-Taubah:82). Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Abu Dzar beliau bersabda: "Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikt tertawa..".
Rasulullah SAW tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, tidak menoleh kecuali dengan menghadapkan semua tubuh anggotanya. Berdasarkan hadits di atas, sebagian ulama' berpendapat bahwa senyum itu hukumnya sunnah, sedang tertawa terbahak-bahak dihukumi makruh. Maka bagi mereka yang tetap ingin sehat akalnya, sepatutnya menjauhi tertawa dengan cara demikian yakni terbahak-bahak, kata al-faqih Abu Laits Samarqandi. dengan kata lain orang yang tidak bisa mengendalikan diri dan gemar tertawa-tawa, akan membuat fungsi akalnya terganggu, lengah dan lupa diri, yang berarti membuka pintu bagi syetan untuk masuknya godaan.

Dalam surat An-Najm:59-61 memperingatkan: "Apakah dengan ajaran ini kalian takjub ? Kamu tertawa dan tidak menangis. Sedangkan kalian terlengah." Ibnu Abbas berkata: barangsiapa yang tertawa disaat berbuat maksiat, maka akan bercucuran tangis di neraka. Tertawa yang berlebihan, termasuk diantara tiga perkara yang menyebabkan hati seorang menjadi bebal dan membatu. Sedang dua penyebab yang lainnya yaitu: belum lapar sudah makan lagi dan gemar omong kosong.

Terkadang kita mendapati seseorang yang kesibukannya membuat orang tertawa-tawa, sehinggan bukan semata-mata menjadi hiburan hati, tapi sudah mengarah kepada membuat orang menajadi lengah dan lupa. Kepada orang yang berbuat seperti ini Rasulullah SAW memberi peringatan "Celakahlah orang yang berdusta supaya ditertawakan orang lain, celakahlah dia, celakahlah dia."(HR. Tirmidzi). Orang yang terbiasa tertawa-tawa mendapati suasana yang sepi menjadi sunyi, bila tidak kunjung diobati. Sedangkan menurut Yahya Mu'adz Razy sebagaimana dikutip Al-Faqih ada empat hal yang dapat menjadi obat bagi mereka yang terkena penyakit tertawa, yaitu:

1. ingat akan dosa-dosa yang telah diperbuat selama ini

2. sibuk dengan bekerja untuk memnuhi kebutuhan keluarga dan diri sendiri

3. ingat bahwa jatah umur yang ada tinggal sedikit, dan akan datang kehidupan baru di akhirat

4. memperhatikan setiap musibah yang menimpa, baik diri sendiri, keluarga, maupun orang lain.



Sementara itu Sayyidina Salman Al-Farisi RA pernah berkata "ada tiga hal yang membuatku tertawa:

1. Aku tertawa melihat orang yang berangan-angan panjang dengan dunia padahal maut tengah mengejarnya

2. Orang yang lengah sedang maut tak pernah lengah darinya

3. Serta orang yang tertawa dengan mulut yang terbuka penuh. sementara ia tidak tahu apakah perbuatannya diridloi atau dimurkai Allah.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita ke arah hidup yang Allah selalu meridloi amalan kita. Amiinn.....pemudaislam.co.tv

0 komentar:

Posting Komentar